PENGANTAR
FILSAFAT
A. PENGANTAR
Sejarah perkembangan manusia adalah perkembangan sejarah yang paling
menakjubkan di banding mahluk hidup manapun di bumi ini, perkembangan peradaban
manusia dari awal adanya manusia hingga sampai saat ini adalah sesuatu yang
tidak lahir begitu saja, butuh waktu ribuan tahun dari pertama api di temukan
sebagai sumber penerangan kemudian di gantikan dengan lampu listrik seperti
saat sekarang, semua yang lahir adalah setelah pengalaman dan hasil percobaan-percobaan
manusia yang tidak kenal lelah, manusia juga memahami bahwa manusia memerlukan
alam untuk melanjutkan hidup, alam yang harus diolah agar tetap mampu
menyediakan kebutuhan manusia yang populasinya terus berkembang bahkan juga
mampu memahami bahwa antara manusia yang satu dengan yang lain juga mempunyai
hubungan, bagaimana ia harus hidup dalam kelompok dan bagaimana juga manusia
menghadapi perubahan-perubahan.
Pertanyaan "apa itu", "dari mana", “mengapa”, dan
"ke mana" pertanyaan-pertanyaan ini terus mengemuka dan timbul dalam
benak manusia, orang tidak hanya mencari pengetahuan sebab dan akibat dari
suatu masalah, tetapi mulai mencari sampai tingkat kebenaran sesuatu sampai
paling mendasar, karena hal tersebut disadari atau tidak adalah hal yang mampu
memandu kehidupan manusia.
Artinya cara manusia memandang sesuatu di tentukan bagaimana ia mampu
memahami hakekat yang paling mendasar, dari situ pula menentukan cara manusia
menyelesaikan sebuah persoalan,cepat atau lambat, tepat atau tidak memang akan
sangat tergantung bagaimana tingkat pemahaman manusia dalam memandang dan
menganalisa sesuatu.
Manusia dan kehidupan sosial
memiliki hubungan yang erat. Pemikiran manusia ditentukan oleh masyarakatnya.
Masyarakat akan dipengaruhi oleh lingkungannya, baik alam, maupun penduduk. Cara
manusia mempertahankan hidup, akan menentukan kesadaran manusia.
B. PENGERTIAN
FILSAFAT
Filsafat yang berasal dari bahasa yunani, Philos yang
artinya pecinta dan Sophia, yang artinya kebijaksanaan, Filsafat berarti
hasrat atau keinginan yang sungguh akan kebenaran sejati. Atau bisa
didefinisikan sebagai pencarian terhadap kebenaran yang hakiki. Demikian
arti filsafat pada mulanya, kemudian pada perkembangannya, mengalami
perlusan yang kompleks. Artinya filsafat mengajak kita untuk memahami kebenaran
sesuatu sampai pada akar – akarnya, filsafat menempati posisi sebagai induk
segala ilmu dan pengetahuan. Karena
dari filsafatlah orang memulai mempertanyakan dan mencari jawaban segala
sesuatu. Dapat kita mengerti filsafat secara umum, yaitu suatu ilmu (induk
ilmu) yang berusaha menyelidiki hakikat segala sesuatu untuk memperoleh
kebenaran. Sedangkan ilmu pengetahuan merupakan cabang darinya yang berkubang
pada permasalahan khusus dan spesifik. Filsafat akan mengajak kita untuk
berpikir dan menggambarkan kita untuk tindakan, yang akan memandu hidup
kita,sebenarnya tidak ada manusia yang hidup tanpa berlandaskan filsafat, hanya
persoalan tahu atau tidak tentang filsafat itu sendiri.
Tetapi ada hal
yang membedakan seseorang berpikir filsafat atau tidak, Kattsoff (1963)
di dalam bukunya Elements of Philosophy (Pengantar Filsafat) menjelaskan
batasan filsafat secara umum untuk melengkapi pengertian kita tentang
"filsafat". Pengertian ini juga sekalian menegaskan perbedan
pemikiran filsafat dengan lainnya. Bilamana seseorang berpikir secara filsafat.
Filsafat adalah berpikir secara kritis.
Dasar munculnya
filsafat adalah pencarian terhadap kebenaran hakiki. Ada banyak permasalahan
yang tidak terjawab, tidak tuntas dijawab atau jawaban yang ada tidak
memuaskan. Filsafat berlatarbelakang keresahan terhadap permasalahan
tersebut. Tidak akan pernah muncul pemikiran filsafat jika tidak ada keresahan.
Maka kemudian, setiap orang berfilsafat adalah orang yang berpikir kritis untuk
memecahkan permasalahan yang meresahkan tersebut.
Filsafat adalah
berpikir dalam bentuk sistematis.
Walaupun cakupan filsafat sangat luas, namun bukan berarti
tanpa sistematika. Filsafat akan mempertanyakan hal yang paling hakiki. Dari segala sesuatu yang ada, filsafat
akan mencari substansi segala sesuatu tersebut dengan metode yang secara
sistematis menuju jawaban terhadap pertanyannya. Menemui hal-hal yang khusus
dari masing-masing hal, kemudian mencari sifatnya yang umum, serta mencari
jawab atas substansi secara umum, dengan peralatannya (logika).
Filsafat harus
menghasilkan sesuatu yang runtut.
Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam filsafat bukanlah
pertanyaan yang acak, namun berurutan dan konsiten, tidak merupakan pertanyaan
yang saling bertentangan satu sama lainnya. Filsafat juga bermula dari
menjawab substansi umum, kemudian menjelaskannya sesuai dengan tingkatannya
dalam hubungan-hubungannya. Dapat
bermula dari segala sesuatu, yang ada, yang nyata, yang eksis, dari alam,
makhluk hidup, manusia, serta esensinya.
Filsafat adalah berpikir secara rasional.
Harus ada
pertanggungjawaban dan penjelasan yang bisa diterima oleh nalar manusia
terhadap semua hasil-hasil pemikiran. Ada alasan dan bukti yang secara umum
diakui kebenarannya. Semakin nyata sebuah pemikiran, diakui banyak orang,
semakin dapat diterima pula oleh akal, serta semakin dapat
dipertanggungjawabkan secara rasional.
Filsafat harus bersifat komprehensif.
Tidak ada sebuah
hal yang terpisah samasekasli dari hal lainnya. Filsafat memiliki cakupan yang
paling luas dan akan menjelaskan segala sesuatu beserta saling hubungannya.
Tidak dapat dikatakan sebagai filsafat jika telah memiliki batasan tema, namun
merupakan ilmu. Frans Magnis Suseno melanjutkan, "Filsafat sebagai
usaha tertib, metodis, yang dipertanggungjawabkan secara intelektual untuk
melakukan apa yang sebetulnya diharapkan dari setiap orang yang tidak hanya mau
membebek saja. Untuk mengerti, memahami, mengartikan, menilai,
mengkritik data-data dan fakta-fakta yang dihasilkan dalam pengalaman
sehari-hari dan melalui ilmu-ilmu.
Filsafat sebagai
berpikir rasional dan dapat dipertanggungjawabkan, setidaknya memiliki 3
prasyarat pokok, yaitu
- Ontologi, secara sederhana filsafat mampu menjawab “apa” yang dipelajari. Ontologi adalah pencarian terhadap sebab-sebab kejadian segala sesuatu, atau latar belakang terjadinya sesuatu. Ontologi mungkin berisi tentang sejarah ataupun pembahasan mengenai asal-usul sesuatu.
- Epsitimologi, secara sederhana filsafat mampu menjawab “mengapa dan bagaimana” tentang hal yang dipelajarinya itu. Epistimologi berbicara tentang kemunculan ilmu/pengetahuan manusia mengenai segala sesuatu. Antara ontology dan epistimologi dapat digambarkan demikian. Secara ontology, masyarakat sudah ada sejak adanya manusia secara berkelompok. Namun ilmu tentang masyarakat (sosiologi) baru muncul setelah abad XIX. Secara epistimology, baru pada saat itulah muncul pengetahuan/ilmu mengenai masyarakat.
- Aksiologi, setidaknya filsafat mampu menjawab “kemana” arah berikutnya untuk menjawab persoalan awal, atau bagaimana selanjutnya. Aksiologi berisi tentang panduan dan tuntunan arah dari filsafat ilmu itu sendiri. Apa yang hendak dicapai, merupakan landasan aksiologi filsafat ilmu.
Obyek Formal Filsafat
Filsafat memiliki banyak konsepsi untuk menjelaskan segala
hal. Diantaranya adalah kategori yang menjelaskan kepada kita wilayah dan sifat
yang saling berbeda. Pemahaman tentang ini akan membantu kita supaya tidak
“kabur” dalam memahami sesuatu. Dalam filsafat dikenal adanya ;
a. Bentuk
dan Isi
Bentuk
selalu meliputi isi. Bentuk adalah penampakan dari segala sesuatu (isi).
Sedangkan isi adalah intinya. Isi yang memberi bentuk kepada kenyataan. Bentuk
juga melindungi isi. Antara bentuk dan isi selalu sesuai.
b. Gejala
dan Hakekat
Gejala
adalah penampakan yang ditangkap indera. Sedangkan hakekat adalah substansinya.
Gejala muncul dari hakekat, namun
tidak semua gejala sama dengan hakekatnya. Bisa juga gejalanya bertentangan
dengan hakekat, jika kondisinya memaksa demikian. Gejala yang nampak
pada kapitalisme adalah “humanis” namun hakekatnya penindasan.
c. Sebab
dan Akibat
Sebab
akan menimbulkan akibat, dan akibat akan menjadi sebab di kemudian hari, begitu
seterusnya. Sebab selalu mendahului akibat, dan akibat selalu muncul setelah
ada penyebabnya. Hubungan antara sebab dan akibat tidaklah linear. “setiap
sebab, selalu mendatangkan akibat, namun tidak semua akibat, berasal dari sebab
yang sama”. yang sama”. Misalnya (sebab) manusia dipenggal kepalanya, ia
akan mati (akibat). Namun tidak semua manusia mati (akibat), disebabkan
kepalanya dipenggal, mungkin karena kecelakaan, dsb.
d. Keharusan
dan Kebetulan
Keharusan
adalah sesuatu yang tidak boleh tidak, “pasti terjadi”. Keharusan menuntut
segala sesuatu dipenuhi. Sedangkan
kebetulan adalah tidak tentu, ia merupakan pertemuan antara dua keharusan oleh
karena kondisi material.
Jadi
Kesimpulanya filsafat adalah: “Pandangan manusia yang paling umum mengenai
dunia secara keseluruhan mengenai gejala-gejala alam, masyarakat dan fikiran
atau pengetahuan itu sendiri, oleh karenanya masalah hubungan antara fikiran
dan keadaan, antara subyektif manusia dengan dunia obyektif”.
Secara garis besar ada dua
aliran filsafat yang berkembang, yaitu idealisme dan materialisme, dan kemudian
banyak cabang yang berkembang dari dua aliran filsafat tersebut
Pada dasarnya,
aliran filsafat berawal dari hal-hal yang material. Filsafat muncul karena
manusia melihat, mengalami atau menemui segala sesuatu di dunia ini. Hanya
kemudian ada dua sudut pandang utama yang melahirkan corak filsafat dan aliran
yang terbagi dalam dua kelompok besar. Perbedaan sudut pandang terletak pada
apa yang lebih dahulu (yang primer) dari setiap kenyataan yang ada. Ketika
seseorang melihat benda, apa yang lebih dahulu, bendanya yang ada, kemudian
manusia menyebutnya dengan sebuah nama, ataukah ide/gagasan/pemikiran tentang
benda itu yang lebih dahulu, kemudian melahirkan benda tersebut. Perbedaan ini
melahirkan dua kubu utama filsafat, yaitu kubu ide dan kubu materi. Dalam
setiap kubu, ada beberapa aliran, tergantung kepercayaan darimana segala
sesuatu muncul (substansi).
C. DUA
KUBU DALAM FILASFAT
- IDEALISME
PENGERTIAN
Filsafat yang menekankan pada ide sebagai substansi
segala sesuatu (yang primer). Filsafat jenis ini memberi tempat
tertinggi kepada akal, jiwa, atau ide manusia. Segala sesuatu tidak tergantung pada materinya,
ada atau tidaknya secara fisik. Keberadaan segala sesuatu selalu tergantung dari idenya. Paradigma ini
terbagi kedalam 2 aliran besar, yaitu:
Idealisme,
Menurut aliran ini, ide adalah substansi
segala sesuatu. Segala yang ada, ditentukan oleh idenya. Sebuah barang disebut
gelas, karena ide kita yang menciptakan barang berupa gelas. Bisa juga ada
barang serupa yang lain fungsinya, atau lain barang sama fungsinya, namun
namanya berbeda, karena ide kita mengatakan lain. Gelas tidak pernah ada jika
ide tentang gelas tidak pernah ada. Idealisme terbagi ke dalam beberapa
sub aliran, sesuai dari mana datangnya ide tersebut, daintaranya yang paling
dominan adalah :
u
Idealisme Subyektif:
Ide yang diyakini sebagai substansi adalah ide
yang berasal dari diri kita (manusia). Kita menyebut sebuah barang berupa gelas
karena ide kita mengatakan bahwa barang tersebut adalah gelas. Idealisme
Subyektif dikembangkan oleh george Berkley (1684-1753) filsafat yang menopang
kaum borjuasi besar inggris abad ke 18, untuk memperkuat kedudukannya, pandangannya
adalah bahwa segala sesuatu yang tertangkap oleh panca indra kita bukanlah
suatu kenyataan akan tetapi merupakan khayalan dari ide/perasaan kita. Abad 19
filsafat ini mengambil bentuk yang di sebut Positifisme yang di
kembangkan oleh aguste comte (1798-1857) pandanganya adalah bahwa alam/dunia
merupakan suatu ciptaan pengalaman manusia, jadi dunia bukanlah suatu kenyataan
yang sesungguhnya dunia hanyalah apresiasi pengalaman manusia saja. Menurut
Comte, kapitalisme merupakan system yang paling rasional sebagai hasil
kemenangan fikiran ilmiah pada tingkatan Empirisme. Sebagai kelanjutan
dari positivisme adalah munculnya aliran Pragmatisme yang popular di
Amerika serikat. Tokoh-tokohnya yang terkenal antara lain William james (1842-1910)
dan John Dewey (1859-1952), kaum pragmatis ini walaupun mengakui adanya dunia
obyektif tetapi menurut mereka dunia obyektif sama sekali tidak ada artinya
jika tidak dihubungkan dengan nilai praktis pengalaman manusia. Menurut mereka
benar tidaknya pengetahuan atau teori tentang sesuatu bukanlah di ukur dengan
sesuai atau tidaknya dengan kenyataan obyektif, melainkan diukur dengan ada
atau tidaknya nilai kontan. Perkembangan lain dari filsafat idealisme subjektif
adalah eksistensialisme, dengan tokohnhya antara lain Martin Heiddeger (1880-…)
dari jerman, kemudian Jean Paul Sartre (1905-…) pokok pandangan dari Eksistensialisme
adalah pengakuan bahwa manusia tak mampu mengenal dunia luar yang serba
misterius dan rumit, satu-satunya kenyataan yang di kenalnya adalah “aku ada“.
Oleh karena itu manusia boleh melakukan perbuatan semaunya, dan itu bisa di
capai jika manusia memisahkan dirinya dari individu lain dan masyarakat, karena
dalam masyarakat dan hubungan dengan individu lain akan terampas
individulitetnya. Filsafat ini sebagai pencerminan ketakutan borjuasi akan
kehancurannya yang tidak dapat di elakkan dan sebagai manifestasinya adakalanya
berwujud pada tindakan yang kalap. Eksistensialisme dan idealisme obyektif
merupakan ladang yang subur bagi tumbuhnya Fasisme dan militerisme.
u
Idealisme Obyekltif:
Ide yang diyakini sebagai substansi segala
sesuatu adalah ide yang berasal dari luar kekuatan manusia. Alam semesta ini
diciptakan dan dikendalikan oleh Tuhan, Dewa, dll. Keyakinan seperti itu
biasanya diterima secara luas. Idealisme Obyektif dikembangkan oleh Plato (427-347
SM) penganutnya disebut platonis,pandangan pokoknya adalah dunia yang sekarang
ada bukanlah nyata, tetapi dunia bayangan/maya’IDEA" yang abadi dan nyata,
dialah yang akhirnya mewakili aliran animisme berkembang,dalam zaman feudal
idealisme obyektif mengambil bentuk SKOLATISME (384-322 SM) dengan tokohnya
aristoteles, pandangan pokoknya adalah theologia(system hirarki kekuasaan yang
menyebutkan bahwa penguasa dunia adalah tuhan dan para raja/pemuka agama adalah
wakil terbaiknya di bumi), Spiritualisme,memberi tempat tertinggi pada
jiwa. Memandang bahwa jiwa merupakan substansi segala macam. Substansi adanya
manusia adalah jiwa, tanpa jiwa, manusia hanyalah seonggok daging hidup. Jiwa
manusia menentukan keberadaan manusia itu sendiri. sebagai dasar segala
sesuatu,dia juga tidak mengakui kebenaran yang ditemukan oleh ilmu-ilmu yang
juga sudah ada sebelumnya,dialah pengabdi setia feudal dan para raja waktu itu,
dan beberapa tokoh lain seperti, johanes eirengena (833-880) Schelling (Jerman)
Thomas Aquinas (1225-1274), duns scotus (1270-1308), sampai puncaknya ke hegel
atau Hegelian, secara umum pandangan filasfat ini mati-matian membela kaum
bangsawan baik dalam sejarah kelahiranya maupun dalam situasi sekarang,mereka
adalah pengabdi setia tokohisme, dan bapakisme (kultus individu) yang di
percaya orang terbaik di dunia, maupun di sekitar kehidupan kita, (istilah
soekarno adalah kaum textbook-thinkers/kaum pemuja dogma) golongan ini
mengambil bentuk
Rasionalisme
memberi tempat tertinggi pada akal.
Substansi segala sesuatu bisa dijelaskan
dengan akal manusia. Bahwa lingkaran memiliki busur 360 derajat, 2+2=4, dll
tidak perlu dilakukan percobaan untuk membuktikan, karena secara nalar bisa
dijelaskan. Bahwa manusia adalah makhluk yang berakal tidak perlu dibuktikan
dengan membedah tubuhnya, karena secara nalar manusia memiliki kelebihan.percontohanya
adalah seseorang yang tidak pernah melakukan investigasi tapi berani
menyimpulkan permasalahan tersebut,dia hanya mendapatkan informasi dari orang
lain akan tetapi dipercayai begitu saja kalau hal ini diteruskan maka kita
mudah di pecah dan dikacaukan.karena sandaranya yang penting masuk logika saja.
- MATERIALISME
PENGERTIAN
Filsafat yang
menekankan pada materi yang nyata sebagai substansi segala sesuatu. Segala yang
terdapat didunia ini substansinya adalah berada pada ruang dan waktu
tertentu. Filsafat ini terbagi ke dalam:
a.
Materialisme,
memberi
tempat tertinggi pada materi.
Substansi segala
macam adalah materi. Materi adalah penentu segala sesuatu. Bahwa segala yang
ada didunia ini sebetulnya adalah materi. Bentuk, sifat dan watak ditentukan
oleh materinya, susunannya, komposisinya, serta caranya terbentuk. Filsafat
materialisme juga terbagi kedalam beberapa aliran, yang dominan sampai sekarang
adalah:
u Materialisme
Mekanik/metafisis:
Materi yang ada tersebut memiliki fungsi
dan peranan sendiri. Dunia tersusun oleh materi yang bergerak membentuk sistem
kehidupan sesuai fungsinya masing-masing yang harmonis, misal siklus hujan,
matahari terbit, dll, semua berjalan sesuai fungsi dan jalurnya masing-masing.
Sistem tersebut dipandang sebagai sesuatu yang tetap dan pasti, akan selalu
berputar, serta tidak ada hubungan antar sistem yang berlainan. Siklus
matahari, tidak berhubungan dengan siklus air, juga tidak berhubungan dengan
siklus rantai makanan makhluk hidup. Materialisme ini muncul seiring degan
berkembangnya pengetahuan manusia mengenai alam. Manusia sudah dapat menjelaskan
gejala alam secara lebih baik. Dalam perkembanganya filsafat ini mengambil
bentuk seperti
Filsafat
ini secara dasar pijakanya benar yitu berangkat dari situasi obyektif yang
kemudian akan melahirkan sebuah keilmuan yang ilmiah dan sanggup di buktikan di
segala zaman,akan tetapi metodhe yang dipakainya masih belum tepat karena
mengingkari hokum alam yang terus bergerak dan berkembang sesuai hukumya
sendiri.
u
Materialisme dialektik:
Materialisme
yang memiliki hukum-hukum tertentu. Melihat bahwa materi selalu bergerak,
berbeda dalam konteks ruang dan waktu tertentu. Adanya gerak mandiri, Adanya
kekuatan, baik dari dalam maupun dari liuar yang akan mempengaruhi materi,
sehingga terjadi perubahan yang tidak akan pernah berulang kembali dan selalu
berkembang. Karena tidak ada kondisi yang sama persis terhadap sebuah materi
dalam ruang dan waktu berbeda. Perubahan kuantitatif akan menuju kualitatif.
Materi sebagai kesatuan organis, sehingga segala sesuatu ditentukan oleh relasi
materi dalam ruang dan waktu. Kondisi bumi berbeda antara abad kemarin dan saat
ini, walaupun ada siklus musim yang tetap. Materialisme ini muncul dalam
suasana pesatnya perkembangan manusia mengenai gejala alam.
D. PERKEMABANGAN
DAN SEJARAH MATERIALISME
PENGERTIAN
Materialisme
merupakan aliran filsafat yang mempercayai bahwa substansi segala sesuatu
adalah materi yang eksis di dunia ini.Sejarah materialisme dimulai pada masa
Pada Abad 7-1
SM
Materialisme
Spontanitas/matrealisme primitif
Berkembang dalam
masyarakat kepemilkan budak beberapa tokohnya di china,fan wa zu,di India
sekolah charvakas, yunani thales, anaximenes,anaximandros, paraminides, demokrotus dsb Awal perkembangan
matrealiaisme yang masih sangat baru Thales, dan kawan-kawan. Adalah Democritus
dengan konsep “atom”nya, mengatakan bahwa segala hal berasal dari bagian-bagian
sampai yang terkecil disebut atom, dan semua itu bisa dipelajari dengan
mengamati atom dan gerakannya. Heraclitos berpendapat bahwa "dunia,
kesatuan dari keseluruhan, tidak diciptakan oleh Tuhan atau seseorang manusia,
tetapi ada sekarang dan seterusnya merupakan api menyala secara sistematis dan
padam secara sistematis".segala sesuatu berangkat dari air, bukan air,
temekaniktapi berangkat dari api bukan dari api tetapi berangkat dari kayu.dsb
Abad 17-19 M
Materialisme
metafisis/matrealisme mekanik
Berkembang dalam
masyrkat merkantilisme atau awal dari lahirnya masyrakat borjuasi beberpa
tokohnya,di inggris bacon,jerman feurbach,perancis spinoza,jhon lock dan
diderot,pokok pandangannya adalah Material yang dimaksud disini hanyalah yang
bisa ditangkap dengan indera. Materi dilihat sebagai benda tanpa perubahan,
sebuah batu misalnya, tetaplah sebuah batu sampai kapanpun. Demikian juga
filsafat ini dalam memandang manusia. Manusia dalam filsafat materialisme
dianggap sebagai materi yang tidak jauh berbeda dengan binatang yang
berfikir. Benjamin Franklin pernah mendeskripsikan manusia sebagai
a tool-making animal. Pandangannya materilis tetapi metodhenya
masih metafisis yang hakekatnya tentu juga idealis kemudian,mereka berpandangan
segala sesuatu bergantung pada factor eksternal yang mempengaruhi.
Abad 19 M
Materialisme Demokratis Revolusioner
Berkembang dalam masyarakat yang ingin melakukan revolusi
petani beberpa tokohnya adalah rusia Alexander,,herzen,norodon,prudhon, dsb, di
Bulgaria isio botev,di Serbia markovic pokok pandangannya adalah materialisme
yang melawan segala bentuk feodalime dan penindasan.
Kemudian
materialisme mengalami perkembangan pada zaman Aufklarung. Dimana materi
dilihat sebagai sebuah sistem yang memiliki pola tetap, materi bergerak dalam
tatanannya masing-masing. Materialisme ini memahami gerak benda, namun
gerak yang dipahami itu selalu tetap, tanpa perubahan (hanya siklus) dan antara
satu sama lain tidak berhubungan. Materialisme ini memandang manusia seperti
sebuah mesin, atau mereduksi seluruh tingkah laku manusia menurut hukum fisika
dan kimia. Tokoh materialisme ini adalah Ludwig Bouenchner (1824-1899) dengan
sukses besar dengan karyanya Kraft und Stoff (Daya dan Materi) dan Ernst
Haeckel (1834-1919) yang mempopulerkan teori evolusi dengan menggunakan
prinsip-prinsi materialisme.
Abad 19-20 M
Materialisme Dialektika Historis
Berkembang di zaman kapitalisme awal sampai kepada puncak
tertingginya yaitu imperialisme beberapa tokohnya adalah Marx. Engels, Lenin,
Stalin, Mao Tse Tung,
Pokok pandangannya materialisme methodenya dialektik yang
menentukan perkembangan masyrakat adald corak produksi dan perkemabnagan tenaga
produktif.dalam perubahan sosial kelas buruh memiliki peran cukup menentukan
dan rakyat tertindas lainya.
Munculnya
materialisme baru, yaitu materialisme dialektik, yang dikembangkan oleh Karl
Marx (1818-1883) dan F. Engels (1804-1895). Materialisme ini timbul sebagai
reaksi terhadap idealisme. Materialisme ini memahami gerak yang ada pada materi
adalah gerak maju yang selalu berkembang, muncul dari pertentangan yang ada,
saling berhubungan antara satu kenyataan dengan kenyataan lainnya. Materialisme
ini juga melihat bahwa yang material, bukan hanya benda yang bisa ditangkap
oleh indera, namun juga kenyataan yang hadir dalam kehidupan sosial.
Materialisme ini menjadi aliran filsafat yang cukup besar dan populer pada saat
itu.
Pada permulaan abad
19, kapitalisme di Jerman sedang tumbuh. Untuk melawan kaum liberal (borjuasi
demokratik), borjuasi lama (bangsawan feodal) juga menggunakan filsafat sebagai
senjata menghadapi kekuatan liberal yang baru tumbuh. Periode ini di Jerman
merupakan jaman filsafat klasik Jerman (idealisme romantik). Adalah G.W.F Hegel
yang membawa filsafat ini sampai puncak kejayaannya, ia bahkan disebut sebagai Professor
Professorum (biangnya Profesor). Begitu menggemanya Hegel, bahkan setiap
filsuf Jerman tak dapat melepaskan diri dari bayang pemikiran Hegel.
Setting sosial
ketika Hegel hidup adalah zaman dimana Eropa mulai membara. Revolusi Perancis
1789, mengimbas sampai ke Jerman. Revolusi Perancis, terpatahkan dengan
munculnya diktatur militer Napoleon Bonaparte. Jerman sebagai negara Federasi
kerajaan-kerajaan kecil diserang sehingga hancur. Salahsatu negara kecil di
jerman adalah Prusia yang diperintah kaisar Wilhelm. Tuntutan kaum liberal
untuk membentuk pemerintahan demokratais, karena terpengaruh revolusi Perancis,
ditanggapi secara politik oleh kaisar. Monarkhi Konstitusi yang sedikit
beraroma liberal (untuk mengakomodasi liberal) ditetapkan oleh Wilhelm sebagai
kompromi antara borjuis lama dan kapitalis yang baru muncul. Namun kemudian
dengan kekuatan tentara kaum liberal kapitalis dihancurkan oleh Wilhelm.
Saat itu, di
Jerman orang-orang pintar dipekerjakan oleh negara sebagai ideolog, termasuk
Hegel, walaupun sebenarnya Hegel berasal dari kalangan liberal. Posisi Hegel
ini akan tercermin dalam filsafatnya. Idealisme Hegel telah banyak memberi
kontribusi kepada negara Monarkhi Prusia dalam memandang setiap gerakan yang
melawan negara sebagai Anarkhisme. Pernyataan Hegel bahwa “yang rasional
adalah yang riil dan yang riil adalah rasional”, melegitimasi semua ketentuan
negara waktu itu. Apapun yang ditetapkan negara (riil) adalah rasional, oleh
karena itu yang menentang negara adalah tidak rasional dan harus diberantas.
Filsafat Hegel
adalah Idealisme Absolut, dimana mengharuskan penyingkiran terhadap segala
sesuatu yang nisbi, dan kembali kepada yang mutlak. Sementara capaian yang
terbesar dari filsafat Hegel adalah dialektika. Hegel menjadi pelopor
dalam metode berfilsafat. Jika sebelumnya orang berkubang pada metafisika, maka dengan berani Hegel
menggunakan dialektika modern untuk menggambarkan perubahan dunia yang terjadi.
Berbagai macam peristiwa di Eropa waktu itu menjadi bahan yang amat berharga
bagi Hegel. Bahwa segala sesuatu itu terus berkembang (tidak tetap) yang
disebabkan karena kontradiksi (pertentangan) intern yang tidak terdamaikan.
Sebuah kondisi akan dinegasikan (ditiadakan) oleh kondisi yang lain. Ia menolak
teori evolusi linear, dan menawarkan konsep Thesis – antithesis - synthesis.
Juga menurut Hegel, manusia sebagai individu sangat tidak mungkin menghadapi
perubahan. Ide absolut yang telah “merancang” perubahan, memerlukan “agen
tersebut, dan dalam situasi dimana Hegel berada, negara-lah yang sanggup
melakukannya. Ia memandang negara mempunyai kehendak sejarah. Dan Hegel
mengatakan bahwa perubahan yang akan terjadi memang sudah digariskan oleh
kekuatan di luar manusia, yang mengendalikan alam, yaitu ide absolut (disinilah
keterjebakan Hegel dalam idelisme kaum feodal). Sebenarnya Hegel ingin
menegaskan bahwa menurut kekuatan ide absolut, sekaranglah giliran kaum borjuis
untuk berkuasa menggantikan bangsawan, sebagai hasil dari pertentangan antara
keduanya.
Filsafat Hegel
yang demikian merupakan cerminan dari kelas waktu itu. Hegel merupakan bagian
dari borjuasi demokratik yang sangat kompromis dengan feodalisme. Satu sisi ia
tunduk pada kekuasaan Wilhelm, disisi lain ia menginginkan perubahan pada
kekuasaan negara. Kondisi ini memang terjadi pada borjuasi liberal di Jerman
ketika itu, yang harus berhadapan dengan borjuasi feudal yang terlalu kuat.
Pada pertengahan
abad XIX, filsafat tumbuh subur di Jerman, yang dikenal dengan filsafat
Romantis. Filsafat Hegel ini kemudian hari terbagi menjad dua. Satu kelompok
percaya pada idealisme absolutnya (Hegelian Kanan), sementara kelompok lainnya
percaya pada metode dialektiknya (Hegelian Kiri).
Idealisme Hegel
kemudian ditentang oleh Feuerbach dengan filsafat materialismenya. Feuerbach
mengatakan bahwasannya agama (kepercayaan terhadap kekuatan di luar manusia)
merupakan ciptaan manusia belaka sebagai pelarian dari penderitaan akibat
penindasan di dunia. Tidak ada kekuatan absolut yang menggariskan perubahan,
semua itu ditentukan oleh keadaan manusia sendiri. Materialisme Feuerbach ini
kemudian didukung oleh Marx dan Engels, namun tidak sepenuhnya mereka dukung. Marx
dan Engels mengambil dari materialisme Feuerbach "inti-sari"nya.
mengembangkannya menjadi pemikiran ilmiah dengan membuang belenggu feodalnya.
Walaupun Feuerbach seorang materialis, namun ia keberatan terhadap nama
materialisme. Sekalipun pada dasarnya materialis, Feuerbach tetap terikat oleh
belenggu idealis yang feodal dan materialismenya cenderung metafisik.
MATERIALISME MARX
Materialisme
sebelum Marx, menurut Engels mengalami kegagalan dalam memahami dan menjelaskan
perkembangan, serta menginterpretasikan persoalan-persoalan sosial (Dutt,
1964). Materialisme sebelum Marx memahami materi hanya benda, mereka tidak
pernah membicarakan kehidupan sosial sebagai kenyataan material. Materialisme
Marx bukan paham yang menyatakan bahwa segala sesuatu adalah materi seperti
yang diajarkan mazhab sebelumnya. Lebih jauh materialisme Marx mengatakan bahwa
segala kenyataan/gejala yang ada baik di alam maupun masyarakat merupakan
material. Manusia dijadikan kunci untuk memahami realitas dan materi masyarakat.
Maka jelas disini perbedaan materialisme Marx dengan materialisme sebelumnya,
materialisem Marx jauh lebih mendalam memahami materi, bukan sekedar benda,
namun pada kehidupan social. Materialisme Marx memandang ada dua macam materi,
yaitu kenyataan alam dan kenyataan social.
Materi bukan
sesuatu yang pasif dan lemah, tetapi penuh kekuatan dan energi. Pengertian
materi ini sering digunakan untuk mengungkapkan hal-hal (Bottomore,
1982):
- Kehidupan material (material life)
- kondisi-kondisi kehidupan material (material condition of life)
- Kekuatan-kekuatan produktif material (material productive force)
- Cara produksi kehidupan material (modes of production of material life)
- Transformasi material kondisi produksi ekonomi (material transformation of the economic condition of production)
Filsafat Marx merupakan perlawanan terhadap segala bentuk
pemikiran utopia yang idealistik, sebagaimana eksperimen Owen dan Kingsley
yaitu membangun komunitas ideal atas dasar prinsip-prinsip Kristiani, yang dianggap
hanya sebagai katalistik. Pemikiran utopis dan idealistik waktu itu merupakan
alat penguasa feodal untuk terus menundukkan perlawanan rakyat. Mereka
menganggap alam sebagai simbol ke”ilahian” dan berbicara secara teologis
sebagai legitimasi kekuasaan, pemikiran seperti ini merupakan pemikiran pra
ilmiah. Filsafat ini disebut sebagai sosialisme ilmiah yang merupakan
perlawanan terhadap bentuk idealisme dan positivisme. Perubahan pemikiran yang
sangat radikal dalam filsafat dicetuskan oleh Marx dengan mengatakan bahwa
“selama ini para filosof “hanya bisa mengambarkan dunia, namun tidak pernah
berbicara bagaimana mengubah dunia”. Marx menegaskan bahwa filsafat merupakan
alat untuk mengubah dunia. Positivisme ditentang karena berakhir pada
"skeptisisme ilmiah" dan gagal mempengaruhi masyarakat. Marx lebih
menaruh perhatian pada perubahan dan reinterpretasi proses alam dibanding
menjelaskan hukum-hukum alam seperti yang dilakukan positivisme.
Materialisme Marx mengatakan bahwa dunia menurut sifat
asalnya adalah materiil, bahwa segala hal yang ada di dunia merupakan
bentuk materi yang bergerak, ada saling-berhubungan dan saling-bergantungnya
gejala-gejala, sebagaimana ditetapkan oleh metode dialektis, adalah hukum
perkembangan materi yang bergerak, dan bahwa dunia berkembang sesuai dengan
hukum gerak materi dan tidak memerlukan ide absolut sebagai pengendali. Materi, adalah kenyataan objektif yang
berada di luar dan terlepas dari kesadaran kita. Materi adalah primer, materi
akan menentukan ide manusia dan kesadarannya, dan bahwa kesadaran, adalah
sekunder, akibat dari refleksi materi, yang dikelola otak, dan otak adalah alat
untuk berfikir; maka kita tidak bisa memisahkan fikiran dari materi sebagai
prasyarat primernya. Marx mengatakan “ tidaklah mungkin untuk memisahkan
pikiran dari materi yang berpikir. Materi adalah subyek dari semua perubahan”.
Kemudian ditambahkan "dunia materiil, yang ditangkap indera termasuk diri
kita sendiri, adalah satu-satunya kenyataan.... Kesedaran dan pemikiran kita,
walaupun seolah di luar tangkapan indera, adalah hasil anggota tubuh
jasmani yang materiil, yaitu otak. Materi bukan hasil kesedaran, tapi kesedaran
itu sendiri hasil tertinggi dari materi". (Karl Marx, Pilihan
Tulisan, Edisi Rusia, Djilid 1, hal. 332).
Materialisme Marxis
berpendapat bahwa dunia dan hukum-hukumnya sepenuhnya bisa diketahui, bahwa
pengetahuan kita tentang hukum alam, yang diuji dengan percobaan dan praktek,
adalah pengetahuan yang benar karena memiliki kekuatan kebenaran objektif.
Tidak ada sesuatupun di dunia ini yang merupakan tidak bisa diketahui, memang
ada hal-hal yang belum diketahui, namun dengan kekuatan ilmu pengetahuan, suatu
saat akan diketahui juga. Demikanlah materialisme Marxis sebagai filsafat
ilmiah, mendasarkan kebenarannya pada pembuktian secara ilmiah. Satu demi satu
hukum-hukum Materialisme Marxis dibuktikan kebenarannya oleh ilmu pengetahuan.
1. HUB
MATERI DAN IDE
Dari mana datangnya ide yang benar
Orang materialis berpendapat bahwa
hanyalah praktek sosial manusia saja yang menjadi ukuran kebenaran dari pengetahuannya
tentang dunia luar Sebenarnya.
pengetahuan manusia menjadi teruji hanya apabila dia di dalam proses praktek
sosial (dalam proses produksi materiil, proses perjuangan klas dan percobaan
ilmiah), mencapai hasil-hasil yang diharapkan. Jika manusia hendak mencapai
sukses dalam pekerjaannya, yaitu, mencapai hasil-hasil yang diharapkan, maka
dia harus menyesuaikan pikiran-pikirannya dengan hukum-hukum dunia objektif di
sekelilingnya; jika pikiran-pikiran itu tidak cocok, maka dia akan gagal dalam
praktek. Jika dia gagal dia akan menarik pelajaran dari kegagalannya, mengubah
ide-idenya, guna disesuaikan dengan hukum-hukum dunia objektif dan dengan
begitu baru bisa mengubah kegagalan menjadi sukses; inilah yanq dimaksudkan
dengan "kegagalan adalah ibu sukses", dan dengan "jatuh kedalam
lubang, suatu keuntungan dalam akal".
Teori materialisme dialektis tentang
pengetahuan mengangkat praktek pada tempat pertama. berpendapat bahwa
pengetahuan manusia sedikipun tidak dapat dipisahkan dari praktek, dan menolak
semua teori yang tidak tepat yang tidak mengakui arti penting praktek atau yang
memisahkan pengetahuan dari praktek. Demikianlah Lenin berkata. "Praktek adalah
lebih tinggi daripada pengetahuan (teori) karena ia tidak hanya mempunyai nilai
keumuman tapi juga nilai realitet yang langsung.[1]
Filsafat Marxis, yaitu materialisme
dialektis, mempunyai dua ciri yang sangat menonjol: yang satu ialah watak
klasnya, pernyataannya yang terang-terangan bahwa materialisme dialektis
mengabdi kepada masa depan rakyat: hal lainnya ialah segi kepraktisannya,
tekanannya pada ketergantungan teori pada praktek, tekanan pada praktek sebagai
dasar teori yang sebaliknya mengabdi (diuji) kepada praktek. Dalam menimbang
kebenaran pengetahuan atau teori, orang tak dapat hanya bergantung pada
perasaan-perasan subyektifnya mengenai teori itu, tetapi pada hasil objektifnya
di dalam praktek sosial. Hanyalah praktek sosial yang dapat menjadi ukuran
kebenaran. Pendirian praktek adalah pendirian yang pertama dan pokok di dalam
teori materialisme dialektis tentang pengetahuan.[2]
Tetapi bagaimana toh timbulnya pengetahuan
manusia dari praktek dan sebaliknya mengabdi kepada praktek? Hal ini menjadi
terang sesudah menilik sepintas lalu proses perkembangan pengetahuan.
Sebenarnya manusia, dalam proses praktek,
melihat mula-mula hanya gejala-gejala dari berbagai segala sesuatu,
segi-seginya yang terpisah-pisah, hubungan-hubungan luarnya. Misalnya, beberapa
kawan sedang melakukan ISAK dan peninjauan; pada hari pertama atau kedua,
mereka melihat topografi (perpetaan), jalan-jalan dan rumah yang mengelilingi
sebuah kampus; menemui sejumlah orang-orang yang beraktivitas di kampus, mengunjungi
mahasiswa di lembaga internal kampus,di kantin kampus, pertemuan-pertemuan
petang hari dan rapat-rapat besar di BPK atau PK; mendengar berbagai macam
pembicaraan dikalangan mahasiswa; dan membaca berbagai-bagai selebaran yang
tertempel di mading atau beberapa dokumen-kesemuanya ini adalah gejala-gejala
sesuatu yang ada, segi-segi yang terpisah-pisah dari segala sesuatu,
hubungan-hubungan luar di antara segala sesuatu yang ada itu. Ini dinamakan
tingkatan pengetahuan persepsi, yaitu, tingkatan dari persepsi–persepsi
(penginderaan) yang di terima dan impresi' (kesan). Yaitu, berbagai segala
sesuatu di kampus yang sedang kita investigasi, mengenai panca-indera para
anggota rombongan peninjau itu, menimbulkan persepsi - persepsi pada mereka,
dan meninggalkan dalam pikiran mereka banyak impresi, bersama-sama dengan suatu
ide tentang hubungan-hubungan luar yang umum diantara impresi (kesan), ini
adalah tingkatan pengetahuan yang pertama. Pada tingkatan ini, manusia belum
bisa membentuk konsep-konsep yang mendalam atau menarik kesimpulan-kesimpulan
yang sesuai dengan logika.
Karena praktek sosial terus berlangsung,
maka berbagai hal yang menimbulkan persepsi'-persepsi dan impresi-impresi
manusia selama dalam prakteknya yang diulangi berkali-kali; kemudian terjadilah
suatu perubahan yang tiba-tiba (suatu lompatan) dalam proses pengetahuan dalam
pikiran manusia, yang mengakibatkan timbulnya konsepsi-konsepsi. Konsepsi yang
sedemikian itu tidak lagi merupakan hanya melihat gejala-gejala sesuatu,
segi-seginya yang terpisah-pisah, atau hubungan-hubungan diluarnya, tetapi
sudah mampu merangkum hakekatnya, keseluruhannya dan hubungan-hubungan di
dalamnya (internnya). Konsepsi berbeda dengan persepsi tidak hanya secara
kwantitatif tetapi juga secara kwalitatif. Berjalan terus lebih jauh dan
menggunakan metode menimbang serta menarik kesimpulan, kita kemudian dapat
menarik kesimpulan-kesimpulan yang sesuai denqan logika. Apa yang terjadi
tentang situasi kampus kita yang kemudian mendorong kita untuk mengajak, “Mahasiswa
sekarang di rugikan oleh kebijakan, karena itu mari kita berjuang” dengan
mengerutkan kening orang mendapat siasat", atau dalam bahasa kita
sehari-hari "nanti dulu, saya pikir ya" itu justru menunjukkan kepada
prosedur manusia memakai konsepsi-konsepsi dalam pikirannya untuk membentuk
pertimbangan-pertimbangan dan menarik kesimpulan-kesimpulan. Ini adalah tingkatan
pengetahuan yang kedua.
Para anggota rombongan atau team ISAK itu,
sesudah mengumpulkan berbagai macam bahan-bahan dan selanjutnya "memikirkan
bahan-bahan itu", mereka bisa sampai pada keputusan berikut:
"menetapkan program perjuangan massa, dengan memperkuat dan memperteguh
kerja sama untuk mengucilkan musuh-musuh di kampus. ini adalah keputusan yang
lahir dari analisis kongkrit dari situasi kongkrit kampus yang sungguh-sungguh,
tulus dan jujur". Sesudah mengambil keputusan ini, mereka dapat
menjalankan rencana/program untuk pembebasan mahasiswa dari ketertindasan dan
lebih luasnya adalah pembebasan nasional demokratis, maju selangkah lebih jauh
dan menarik kesimpulan berikut: “memperkuat dan memperteguh ormas demnas
sebagai alat perjuangan massa yang sejati". Dalam seluruh proses
pengetahuan manusia tentang sesuatu, konsepsi, pertimbangan dan kesimpulan
merupakan tingkatan yang lebih penting, tingkat pengetahuan rasionil. Tugas
pengetahuan yang sesungguhnya ialah mencapai pikiran melalui persepsi, mencapai
pengertian secara berangsur2 tentang kontradiksi-kontradiksi intern dari segala
sesuatu yang objektif, hukum-hukumnya dan hubungan2 intern dari berbagai-bagai
proses yaitu mencapai pengetahuan yang logis. sebab mengapa pengetahuan yang
logis itu lain dengan pengetahuan persepsi, karena pengetahuan persepsi adalah
mengenai segi2 yang terpisah2, gejala2, hubungan-hubungan luar dari segala
sesuatu; sedangkan pengetahuan logis mengambil langkah maju yang besar untuk
mencapai keseluruhan, hakekat dan hubungan2 intern dari segala sesuatu ;
menyingkapkan kontradiksi2 intern dari dunia sekeliling, dan oleh karena itu
sanggup menangkap perkembangan dunia sekeliling dalam keseluruhannya, dalam
hubungan-hubungan intern di antara semua seginya.
Teori materialis dialektis tentang proses
perkembangan pengetahuan sedemikian itu, berdasarkan praktek dan mulai dari
yang dangkal sampai pada yang dalam, tidak pernah diajukan oleh siapapun juga
sebelum lahirnya Marxisme. Materialisme Marxis untuk pertama kalinya secara
tepat memecahkan masalah proses perkembangan pengetahuan, menunjukkan baik
secara materialis maupun secara dialektis proses pengetahuan yang mendalam,
proses bagaimana pengetahuan persepsi berubah menjadi pengetahuan logis melalui
praktek yang kompleks dan berulang2 secara tetap dari produksi dan perjuangan
klas manusia dalam masyarakat. Lenin berkata: "Konsepsi yang abstrak
mcngenai materi, tentang hukum alam, tentang nilai ekonomi atau sesuatu
abstraksi ilmiah lainnya (yaitu yang tepat dan pokok" tidak palsu atau
dangkal) mencerminkan alam secara lebih dalam, lebih sebenarnya dan lebih
sepenuhnya".[3] Marxisme
berpendapat bahwa ciri2 dari dua tingkatan proses pengetahuan itu ialah bahwa,
pada tingkatan yang lebih rendah, pengetahuan itu menampakkan diri dalam bentuk
persepsi, sedang pada tingkatan yang lebih tinggi ia menampakkan diri dalam
bentuk logis; tetapi kedua tingkatan itu termasuk dalam satu proses pengetahuan
yang tunggal. Persepsi dan akal adalah berlainan sifatnya, tetapi tidak
terpisah satu dengan lainnya, mereka dipersatukan atas dasar praktek.
Ide mempunyai peranan memimpin perkembangan sebuah
matreri
Apabila kita
sampai di sini, apakah proses pengetahuan sudah selesai? Jawaban kita: ya dan
tidak. Apabila manusia dalam masyarakat mencurahkan diri pada praktek mengubah
suatu proses obyektif tertentu pada tingkatan perkembangannya tertentu (apakah
mengubah proses alam atau proses sosial), maka dengan pencerminan proses
obyektif itu dalam pikirannya dan dengan berlakunya aktivitet subyektifnya
sendiri, dia dapat memajukan pengetahuannya dari yang bersifat persepsi sampai
pada yang rasionil dan melahirkan ide-ide, teori-teori rencana-rencana atau
program-program yang pada umumnya cocok dengan hukum-hukum dari proses obyektif
itu; dia kemudian mempraktekkan ide-ide, teori-toeri, rencana-rencana atau
program ini dalam proses objektif yang sama itu: dan proses pengetahuan
mengenai proses yang kongkrit ini dapat dianggap sebagai sudah selesai. jika
dia melalui praktek dalam proses objektif itu, dapat mewujudkan tujuannya yang
ditetapkan lebih dulu yaitu jika dia dapat mengubah atau pada umumnya mengubah
ide-ide, teori-teori, rencana-rencana atau program-program yang ditetapkan
lebih dulu itu menjadi kenyataan. Misalnya, dalam proses mengubah alam, seperti
dalam pelaksanaan rencana pembangunan mesin-mesin, pengujian hipotesa ilmu,
pembikinan perkakas atau alat-alat, pemungutan hasil-bumi; atau dalam proses
mengubah masyarakat, seperti dalam kemenangan suatu pemogokan, kemenangan suatu
peperangan, pelaksanaan rencana pendidikan-kesemuanya ini dapat dianggap
sebagai perwujudan tujuan-tujuan yang ditetapkan lebih dulu. Tetapi berbicara
secara umum, baik dalam praktek, mengubah alam maupun mengubah masyarakat,
ide-ide, teori-teori, rencana, atau program-program orang yang asli jarang yang
dilaksanakan tanpa sesuatu perubahan apapun. Ini adalah karena orang-orang yang
melakukan pengubahan realitet menderita banyak pembatasan-pembatasan: mereka
terbatas tidak hanya dalam syarat-syarat ilmu dan teknologi, tapi juga dalam
tingkat perkembangan dan penyingkapan proses objektif itu sendiri (dalam
kenyataan bahwa segi-segi dan hakekat dari proses objektif itu belum
disingkapkan sepenuhnya). Dalam keadaan sedemikian itu, ide-ide, teori-teori,
rencana-rencana atau program-program seringkali diubah sebagian dan
kadang-kadang bahkan diubah sama-sekali bersama-sama dengan didapatnya hal-hal
yang tak tersangka-sangka selama dalam praktek. Artinya, ada terjadi bahwa
ide-ide, teori-teori, rencana-rencana atau program-program yang asli sebagian
atau seluruhnya bisa tidak sesuai dengan realitet dan sebagian atau sama-sekali
tak tepat. Dalam banyak hal, kegagalan harus diulangi beberapa kali sebelum
pengetahuan yang salah dapat dibetulkan dan dibikin cocok dengan hukum-hukum
proses objektif, sehingga hal-ikhwal yang subyektif dapat diubah menjadi
hal-ikhwal yang objektif, yaitu hasil-hasil yang diharapkan dapat dicapai dalam
praktek. Tetapi bagaimanapun juga, pada titik sedemikian itu proses pengetahuan
manusia tentang suatu proses objektif tertentu pada tingkatan perkembangannya
yang tertentu dipandang sebagai sudah selesai.
Akan tetapi mengenai proses pengetahuan
manusia tidak bisa ada habisnya. Karena setiap proses, baik dalam dunia alam
maupun dunia sosial, maju dan berkembang melalui kontradiksi-kontradiksi dan
perjuangan-perjuangan internnya, maka proses pengetahuan manusia mesti pula
maju dan berkembang sesuai dengan itu. Dalam hubungan dengan gerakan sosial,
seorang pemimpin yang betul-betul progresif
tidak hanya harus cakap dalam membetulkan ide-ide, teori-teori,
rencana-rencana atau program-programnya apabila kedapatan salah, seperti telah
kita lihat, tapi juga dia harus cakap, apabila suatu proses objektif tertentu
sudah maju dan berubah dari satu tingkatan perkembangan ketingkatan
perkembangan lainnya, membikin dia sendiri dan semua kawan-kawan progresif
memajukan dan meninjau-kembali ide-ide mereka yang subjektif sesuai dengan itu,
artinya, dia harus mengusulkan tugas-tugas aktifis maju baru dan
program-program kerja baru sesuai dengan perubahan-perubahan dalam situasi baru
itu. Situasi-situasi berubah dengan sangat cepatnya dalam periode tertentu
misalnya gerakan massa sudah men ingkat; kalau pengetahuan kaum progresif tidak
berubah dengan cepat sesuai dengan situasi yang telah berubah itu, maka mereka
tidak dapat memimpin perubahan menuju kemenangan.
Akan tetapi seringkali terjadi bahwa
ide-ide ketinggalan di belakang kejadian-kejadian yang sesungguhnya; ini adalah
karena pengetahuan manusia terbatas oleh banyak syarat-syarat sosial. Kita
menentang orang-orang kepala batu di dalam barisan-barisan anggota kita yang
ide-idenya, tidak bisa maju bersama-sama dengan perubahan keadaan-keadaan
obyektif, menyatakan diri menurut sejarah sebagai oportunisme kanan.
Orang-orang ini tidak melihat bahwa perjuangan-perjuangan yang timbul dari
kontradiksi-kontradiksi sudah mendorong maju proses obyektif, sedang
pengetahuan mereka telah berhenti pada tingkatan lama. Ini mensifatkan ide-ide
semua orang kepala batu. Dengan ide-ide mereka yang tercerai dari praktek
sosial, mereka tidak dapat berguna untuk membimbing kereta massa yang sudah
berani berdemonstrasi dimana-mana; mereka hanya dapat membuntut dibelakang
kereta dengan mengomel katanya keretanya berjalan terlalu cepat dan berusaha
menyeretnya kebelakang serta menyuruhnya berjalan ke jurusan yang
berlawanan.
Materi tidak boleh didiamkan Peranan
ide/theori memimpin, Mengarahkan perkembangan dan perubahan materi tersebut, Disinilah
pengertian ide tidak bersifat pasif tapi
justru sebaliknaya harus bersifat aktif mendorong kemajuan materi tersebut, karena
theori mempunyai fungsi untuk memajukan praktek dan menyinari/memandu praktek, ibarat orang berjalan pada malam hari theori seperti lampu
penerangnya, maka sangat tepat jika kawan Vladimir ilyich berpendapat bahwa
tidak ada praktek revolusioner tanpa di pandu theori revolusioner, begitu
besarnya peranan theori sebagai pimpinan praktek
Materi------------------Ide--------------------Materi
Praktek----------------Theori----------------Praktek
Massa------------------Pimpinan-------------Massa
2. KESALING HUBUNAN MATERI
- Saling
Hubungan Organis (Materi Sebagai Kesatuan Organis)
Materialisme Dialektik memandang materi sebagai keseluruhan
yang saling berhubungan dan utuh. Materi memiliki gejala yang secara organik
saling-berhubungan, saling bergantung dan saling menentukan. Hubungan tersebut
tak terpisahkan antara sebuah materi dengan gejala disekelilingnya. Kesehatan
manusia akan dipengaruhi juga oleh kondisi alam, demikian juga kelakuan manusia
akan mempengaruhi kondisi alam, dan juga akan mempengaruhi kehidupan binatang
dan tumbuhan. Begitu juga binatang dan tumbuhan akan mempengaruhi hidup
manusia, dan kelangsungan hidup binatang dan tumbuhan dipengaruhi oleh kelakuan
manusia.
Maka jelaslah bahwa materialisme dialektik berbeda dengan
materialisme metafisik yang melihat materi dalam keadaan diam dan tetap. Juga
berbeda dengan materialisme mekanik yang memandang gerak materi adalah gerak
yang tetap (seperti mesin).
Materilaisme dialektik melihat kenyataan yang ada bukan
sebagai tumpukan semata, namun saling berhubungan secara organis satu sama lain
dan terus menerus bergerak. Bergeraknya satu kenyataan, akan memperngaruhi
gerak kenyataan yang lain.
-
Saling Hubungan Menentukan
Saling
hubungan menentukan adalah hubungan yang paling hakiki, yang menentukan ada
tidaknya segala sesuatu atau keberadaan sesuatu itu sendiri. Hakekat keberadaan
segala sesuatu karena sesuatu merupakan hubungan menentukan Munculnya buruh
ditentukan oleh ada tidaknya kapitalisme. Antara kemunculan kapitalisme yang menindas dan buruh yang tertindas
merupakan hubungan menentukan.
-
Relasi Hubungan Pokok dan Non Pokok
Dalam setiap gejala dan kenyataan
(materi), akan saling mempengaruhi satu sama lain, namun hubungan tersebut
harus dilihat dalam derajatnya masing-masing. Dalam beberapa kenyataan, ada
bermacam-macam pertentangan juga yang terjadi. Pokok atau tidak pokok, kan
ditentukan oleh posisi dan kedudukannya.
Hubungan pokok adalah hubungan yang
berkaitan langsung dengan pokok pertentangan, misalnya antara Mahasiswa
dengan birokrasi kampus. Kedua kelompok ini saling berhadapan, perubahan
secara pokok akan ditentukan oleh bangkit atau tidaknya mahsiswa. Faktor
determinan (menentukan) adalah seberapa kuat gerakan Mahasiswa akan
bangkit. Hubungan pokok akan menentukan factor pokok, factor pokok akan
menentukan perubahan.
Sedangkan hubungan non pokok adalah
hubungan dengan faktor diluar itu, yang akan mendukung perubahan. Misalnya
mahasiswa, petani, professional, dll. Hubungan antara Mahasiswa dengan buruh,
professional, dll itu merupakan hubungan non pokok, sehingga melahirkan factor non
pokok. Artinya derajat hubungan mahasiswa dengan buruh, professional, dll hanya
akan memberi pengaruh pada perubahan tersebut, bukan menentukan perubahan.
-
Saling Hubungan Keharusan dan Kebetulan
Hubungan
keharusan adalah hubungan yang tidak boleh tidak, atau tidak bisa ditiadakan.
Kemenangan kaum tertindas, adalah karena terbangunnya kekuatan yang tangguh dan
padu melawan kaum penindas.
Sedangkan
hubungan kebetulan adalah kenyataan-kenyataan yang keberadaannya tidak menentu,
bisa ada atau tidak. Atau merupakan pertemuan dua keharusan. Jika sebuah
kenyataan muncul, maka ia akan memberi pengaruh, namun jika tidak, tidak akan
menghilangkan kenyataan yang telah ada. Kapitalisme memerlukan sumber alam
untuk dieksploitasi, rakyat pedalaman juga memerlukan untuk hidup. Keduanya memiliki hubungan keharusan.
Kapitalis harus mencari sumber alam, rakyat pedalaman harus menjaga alamnya.
Jika bertemu, akan terjadi sengketa. Kedua keharusan tersebut bertemu dan akan
mempengaruhi keduanya. Jika sumberdaya alam terdapat di tempat lain,
pertentangan tersebut juga terjadi di tempat lain. Mengenai pertanyaan “mengapa
sumberdaya alam tertentu terdapat di tempat tertentu, ini bukan kebetulan
(dijelaskan oleh ilmu alam; kondisi tersebut merupakan perwujudan alam yang material).
Ini membuktikan tidak adanya kenyataan yang tidak material.
3. MATERI
BERGERAK DAN BERKEMBANG
Alam dan seisinya
tidaklah berada dalam keadaan diam dan statis, melainkan terus menerus bergerak
dan berubah, menuju pada kondisi baru. “Tidak ada sesuatupun yang diam di dunia
ini”. Lapisan bumi senantiasa bergeser, anak gunung Krakatau setelah meletus
terus meninggi, dll. Walaupun kita melihat benda, sebuah buku misalnya,
walaupun buku itu tergeletak di rak, namun partikel didalamnya terus bergerak,
electron-elektron di buku itu terus bergera, berotasi mengelilingi positron.
Materi senantiasa rontok dan mati, timbul dan berkembang. Karena itu metode
dialektis menghendaki, supaya gejala-gejala dilihat juga dari sudut gerak,
perubahan, perkembangan, kelahiran dan kematiannja. Metode dialektis tidak
menganggap penting apa yang pada saat tertentu kelihatan tahan lama, tetapi apa
yang sedang tumbuh dan berkembang, sekalipun pada saat tertentu mungkin
nampaknya tidak tahan lama, karena metode dialektis memandang yang abadi
hanyalah apa yang sedang tumbuh dan berkembang.
Materialisme dialektik
memandang bahwa eksistensi materi, hanya ada ketika dia bergerak. Gerak adalah
bentuk eksistensi (keberadaan dalam ruang dan waktu) materi. Materi adalah sebuah
keberadaan dalam ruang dan waktu, bahkan waktu terus bergerak. Artinya
keberadaan segala sesuatu ditentukan oleh geraknya mengikuti waktu.
4. MATERI
BERGANTUNG PADA RUANG DAN WAKTU
Dengan prinsip segala sesuatu berada dalam keadaan senantiasa
bergerak dan berkembang, konsekuensinya adalah hilangnya yang lama dan
tumbuhnya yang baru. Maka tidak ada
sesuatupun atau gejala apapun yang sama persis dalam ruang dan waktu yang
berbeda. Adanya kondisi yang terus berubah, akan mempengaruhi segala hal.
Adanya gerak dalam setiap materi dan kenyataan, juga akan melahirkan kondisi
baru. Cara berpikir dan tingkah laku kita akan berupah dari kanak-kanak,
menjadi remaja dan dewasa, ini karena perbedaan kondisi, ruang dan waktu. Dalam
hitungan detik, unsur kimia bisa bereaksi dan berubah, vitamin A dan C jika
dipanaskan akan berubah, mungkin hancur.
Seperti prinsip di
atas, segala materi memiliki gerak dalam ruang dan waktu. Dan factor luar akan
memberi pengaruh. Maka segala kondisi materi tidak lain adalah terus berubah
menurut kondisi, ruang dan waktu. Bahkan sebuah benda tidak akan pernah sama
dengan dirinya sendiri. Jika kita mengatakan bahwa materi sama dengan dirinya
sendiri, maka kita menafikkan keberadaan waktu yang terus berjalan, atau ruang
yang selalu berbeda. Dengan begitu, hukum dialektik mengatakan, perubahan
yang terjadi dalam setiap materi tidak akan pernah kembali pada posisi semula,
tidak ada dua kondisi yang sama persis. Gerak perubahan yang terjadi akan
selalu mengalami peningkatan secara kualitatif. Inilah perbedaan utama
materialisme dialektik dengan materialisme mekanik. Materialisme mekanik
mengakui adanya gerak materi, namun gerak itu berupa siklus, yang akan kembali
pada kondisi semula (berputar seperti halnya mesin). Materialisme mekanik juga
tidak memahami adanya hubungan antar setiap kenyataan, gejala, materi yang ada,
masing-masing dilihat secara terpisah.
Materialisme
dialektik melihat bahwa gerak yang terjadi, selalu menglami peningkatan
kualitatif dan tidak akan pernah kembali pada kondisi semula. Walaupun ada dua
kondisi yang kelihatannya sama, itu hanyalah dalam beberapa hal saja, karena
secara kualitatif berbeda. Walaupun Indonesia pernah menerapkan system multi
partai, kemudian disederhanakan oleh Sukarno, dan disederhanakan lagi oleh
Suharto menjadi sangat ketat, kemudian setelah itu dimasa reformasi kembali
lagi banyak partai, namun kondisinya berbeda antara sekarang dengan dulu
(orla). Secara kualitatif, partai yang sekarang ada jelas berbeda, system
pemilu berbeda, kampanye parpol berbeda, peta politik berbeda dan mekanisme
politiknya berbeda secara kualitatif.
5. GERAK
MATERI ADALAH GERAK MANDIRI
Dialektika berpendapat bahwa semua materi, memiliki gerak
internal (energi sendiri) yang menggerakkan perubahan dari dalam (walaupun
tidak dipungkiri juga adanya pengaruh dari luar dalam kaitannya dengan saling
berhubungan diatas). Diatas telah disebutkan bahwa eksistensi materi adalah
gerak dan gerak adalah materi. Maka sudah tentu, setiap materi akan bergerak
secara mandiri sebagai factor pokok penentu eksistensi materi. Factor luar
pengaruhnya hanya mendorong atau mempengaruhi gerak, bukan factor pokok dari
adanya gerak materi itu sendiri.
Gerak mandiri dalam ini diakibatkan karena adanya
pertentangan (kontradiksi) yang berasal dari dalam diri sendiri.
Kontradiksi/pertentangan ini disebut kontradiksi internal yang merupakan sumber
proses perkembangan (gerak mandiri). Gerakan elektron mengelilingi positron
(inti atom) dalam setiap benda disebabkan karena adanya proses tarik menarik
(kontradiksi) antara muatan positif dan negatif. Munculnya bentuk masyarakat kapitalisme karena
pertentangan antara kaum feudal dan borjuasi. Perubahan sikap dan perilaku kita
karena pertentangan dalam diri kita ketika melihat berbagai persoalan. Gerak
ini akibat adanya pertentangan antara yang mati dan tumbuh, positif dan
negatif, baik dan buruk, lama dan baru, kanan dan kiri, dsb.
E. KEGUNAAN
FILSAFAT
Jika seorang hendak mengetahui segala sesuatu atau macam-macam hal secara
langsung, maka hanya dengan turut sertanya secara langsung dalam praktek
perjuangan konkret untuk mengubah realitas,dan untuk mengubah sesuatu hal atau
macam-macam hal tersebut, dia dapat mengadakan kontak dengan gejala dari
hal–hal tersebut atau macam-macam hal tersebut; dan dengan turut serta dalam
praktek perjuangan konkret untuk mengubah realitas, dimana dia secara pribadi
turut serta, maka dia akan mampu mengungkapkan hakekat dari sesuatu hal itu atau macam-macam hal tersebut dan
kemudian memahaminya.
Inilah jalan menuju ke pengetahuan yang sesungguhnya yang dilalui oleh
setiap orang, hanya beberapa orang saja, yang sengaja memutarbalikkan sesuatu
hal dan mendalilkan sebaliknya. Orang yang paling menggelikan di dunia ialah
"orang yang merasa paling pintar" yang sesudah memperoleh sedikit
pengetahuan tanpa pernah membuktikan kebenarannya dengan cara mempraktekannya
sudah memproklamasikan dirinya "orang nomor satu dan paling pintar di
dunia", ini hanyalah akan menunjukkan.bahwa dia belum mengukur dirinya
dengan selayaknya. Soal pengetahuan adalah soal ilmu, dan disini tidak boleh
ada ketidakjujuran dan kesombongan barang sedikitpun: yang dibutuhkan adalah
pasti kebalikannya--sikap jujur dan rendah hati. Artinya jika orang hendak
memperoleh pengetahuan, orang harus turut serta dalam praktek mengubah
kenyataan. Kalau orang hendak mengetahui rasanya “memimpin aksi” maka orang
harus mempraktekannya dengan mau
melaksanakanya sendiri. Jika orang hendak mengetahui komposisi dan sifat-sifat
atom orang harus melakukan percobaan dalam fisika dan kimia untuk mengubah
keadaan atom. Jika orang hendak mengetahui teori dan metode perubahan orang harus turut serta dalam upaya upaya
untuk mewujuudkan perubahan itu sendiri. Semua pengetahuan yang sejati berasal
dari pengalaman yang langsung. Tetapi manusia tidak akan mempunyai pengalaman langsung dalam
segala-galanya; sebenarnya, sebagian besar dari pengetahuan kita berasal dari
pengalaman yang tak langsung, misalnya, semua pengetahuan tentang zaman
purbakala dan neger-negeri asing. Bagi orang-orang zaman purbakala dan orang,
asing, pengetahuan itu berasal dari pengalaman langsung: kalau, sebagai pengalaman
langsung dari orang-orang zaman purbakala dan orang-orang asing, pengetahuan
itu memenuhi syarat "abstraksi secara ilmiah" seperti yang disebutkan
oleh Lenin, dan secara ilmiah mencerminkan sesuatu hal yang objektif, maka
pengetahuan itu dapat dipercaya dan di pertanggungjawabkan, kalau tidak ia
bukan pengetahuan yang dapat dipercaya.
Maka dari itu pengetahuan manusia terdiri dari dua bagian lain, dari
pengalaman langsung dan pengalaman tak langsung. apa yang merupakan pengalaman
tak langsung seseorang sebaliknya merupakan pengalaman langsung bagi orang lain
Karena itu, mengambil pengetahuan harus secara keseluruhannya, karena pengetahuan macam apapun tidaklah
terpisahkan dari pengalaman dan praktek langsung.
--ooo000ooo--
0 comments:
Post a Comment