Demonstrasi mahasiswa UMI, ANARKIS dan MEMALUKAN!
Berita di Terkait:- Berita Kota Makassar: Prof Mappadjantji Dikeroyok Mahasiswa UMI
- Fajar Online: Mahasiswa – Mappadjantji Bersitegang
- Tribun Timur: Putra Prof Mappadjantji Dikeroyok di depan UMI
- milis FPK: Perguruan Tinggi yang Sadi dan Brutal
- Deen: Miris ma’ liat kondisinya Mahasiswa Makassar
- Rara: Mahasiswa? Really?
- Daeng Marowa: UMI juga Bisa
- Eko Cristal: UMI menunjukkan kebodohannya lagi
- Adda Kapak Hitam: Sensitifitas
- Irwin day: Perguruan Tinggi Yang Sadis dan Brutal
- Laksono: Dimana Kepekaan Kita?
- Bisot: Stop Your Damn Violence!
- Jaf: Tantangan Buat Mahasiswa Umi – Makassar!
===================
Tadi pagi, saya menerima email dari milis FPK, mengabarkan berita teramat buruk, dan sungguh memalukan. Berita demonstrasi mahasiswa UMI di Makassar yang rupanya sedang memperingati Tragedi AMARA, April Makassar Berdarah, peristiwa di tahun 1996 saat Militer menyerbu masuk kampus mereka dan membunuh 3 mahasiswa UMI saat itu. Namun, rupanya peringatan kekerasan oleh Militer itu, dinodai juga dengan tindakan kekerasan menjurus anarkis, para demonstran itu ramai-ramai memukuli Professor A Mappadjantji, dosen F-MIPA UNHAS yang saat itu sedang dalam kondisi sakit (jantung) hendak diantar ke Rumah Sakit Umum Wahidin, hanya karena anak beliau hendak memindahkan pagar penghalang jalan utama karena hendak buru-buru mengantar sang Professor ke Rumah Sakit..
Naudzubillah, kemana gerangan sensitifitas mahasiswa UMI/Makassar itu sampai melakukan tindakan brutal seperti itu?
Mereka yang kebetulan beratribut mahasiswa universitas MUSLIM itu, gak layak mendapatkan status MAHASISWA dan MUSLIM secara apa yang mereka lakukan jauh dari idealisasi nilai keMAHASISWAan dan keISLAMan. Otak mereka hanya penuh dengan kebencian, kebrutalan dan semuanya bermuara pada satu kata KEBODOHAN! Tidak ada toleransi dalam kebiadaban ini, seharusnya nilai-nilai yang mereka emban saat berdemonstrasi membela hak-hak masyarakat juga diimplementasikan secara nyata dalam kehidupan real nya, bukan hanya jargon kosong dan cuap-cuap demi popularitas di depan kamera TV atau di media cetak. MEMALUKAN!
STOP DEMONSTRASI MAHASISWA ANARKIS !
Dalam ranah bugis makassar, dalam hati setiap manusia bugis selalu ada jargon mali siparappe rebba sipatokkong malilu sipakainge (hanyut saling membantu, jatuh sama membangkitkan, khilaf saling mengingatkan) yang teramat luhur, namun ternoda oleh tingkah brutal mahasiswa ini. Saya khawatir bahwa status kemahasiswaan mereka itu tidak valid, jangan sampai bahwa itu hanya sekedar tercantum dalam Kartu Mahasiswa nya namun tak paham apa sesungguhnya nilai yang mereka emban, amanah, dan tanggung jawab kepada masyarakat.
Berikut berita yang disampaikan berkaitan dengan kejadian itu.
=======
PERGURUAN TINGGI YANG SADIS DAN BRUTAL
Tadi pagi Selasa 24 April 2007, Prof Mappadjantji dosen FMIPPA Universitas
Hasanuddin yang sedang dirawat di ICCU RSU Wahidin Makassar karena serangan
jantung, menjalankan kewajiban sebagai anak yang harus melayat mertuanya Prof.
Syamsi Lili yang jenasahnya disemayamkan di Jl Kartini. Prof MA izin keluar ICCU
dilengkapi dengan botol infus dan diantar oleh seorang suster.
Dalam perjalanan kembali ke RSU Wahidin sepulang melayat, kendaraan mereka yang
melintas di jalan Urip Sumoharjo dilarang lewat oleh mahasiswa Universitas
Muslim Indonesia yang sedang demo. Walaupun Prof MA sudah memperlihatkan
kondisinya yang darurat lengkap dengan selang infus dan seorang suster yang
mendampingi, mereka tetap tidak diizinkan lewat.
Putri Prof MA, Vita yang menyetir kendaraan mengikuti keinginan mahasiswa untuk
masuk ke jalur angkutan kota pete-pete. Di mulut pintu keluar, jalan mereka
ditutup dan diwajibkan memutar haluan kembali ke kota. Melihat kondisi tersebut,
putra Prof MA, Bayu memindahkan kayu penghalang agar bisa lewat karena ayahnya
harus sesegera mungkin masuk ICCU kembali. Bayu kemudian dikeroyok hingga babak
belur oleh mahasiswa UMI, bahkan ketika sudah masuk ke mobil, Bayu ditarik
kakinya dipaksa turun untuk dihajar lagi. Melihat putranya babak belur, Prof MA
melupakan kondisinya penyakitnya, dan bergegas menolong anaknya dengan melawan
para mahasiswa yang brutal ini. Para mahasiswa tidak lagi mempedulikan bahwa
Prof MA adalah pasien emergency, beramai-ramai menyerang termasuk menarik
kacamata yang dipakai. Mahasiswa UMI berhenti menyerang ketika Prof MA berhasil
menangkap salah satu pimpinan mahasiswa.
Kejadian yang dialami Prof MA adalah satu dari sekian banyak kejadian yang
dialami pasien-pasien dengan ambulans yang membutuhkan pertolongan darurat
menuju RSU Wahidin diantara jadwal demo UMI yang tiada henti. Begitu banyaknya,
sehingga membuat kita bosan untuk membicarakan perilaku yang sangat tidak
manusiawi ini. Inikah perguruan tinggi yang menyebut dirinya Muslim, yang tidak
punya kepedulian terhadap orang yang sakit parah. Tidak pernah ada perhatian
apalagi rasa bersalah atau menyesal dari institusi mereka, bahkan dari polisi
yang selalu ketakutan tidak berani membela kepentingan orang yang nyawanya
berkejaran dengan waktu.-
wass,
0 comments:
Post a Comment